Sepeda Kayu, Simbol Penyelamatan Bumi



MATAHARI telah merangkak naik di Jalan Nangka Raya, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jumat, 24 November 2017. Lalu lalang kendaraan masih terbilang sepi kendati pagi segera berganti siang.

Namun, kesibukan sudah terasa di sebuah rumah kayu. Dua pria berhadapan dengan rangka kayu yang berdiri di depannya. Mereka merupakan pekerja usaha furniture bernama Kayuh Indonesia di Jalan Nangka Raya No 750.

Wanto (37), seorang pekerja mulai mengamati rangka kayu itu.‎ Tangan Wanto yang menggenggam amplas bergerak perlahan menelusuri lekuk rangka di depannya. Permukaan kayu yang tak rata menjadi sasarannya.

Amplas pun digosokkan perlahan saat melihat bagian yang masih tak rata. Butuh kecakapan tersendiri dalam kegiatan tersebut. Dia mesti berkonsentrasi penuh meraba permukaan kayu dengan pandangan mata terhunus.

"Diamplas biar nanti dipelitur biar kinclong," ucap Wanto.

Ya, pria asal Sukamaju Baru itu tengah menyelesaikan pesanan sepeda kayu dengan jenis Mini Fello. Rangka pun bersatu denga ban, rantai, pedal dan stang menjadi sebuah sepeda kayu mini.


Unsur kayu memang mendominasi hasil karya Kayuh Indonesia. Rangka sepeda berasal dari 10 lapisan pohon karet yang disatukan menggunakan lem.

Setelah menyatu, lapisan itu dipres menggunakan alat manual agar lebih kokoh. Bahan kayu juga digunakan pada bagian garpu roda ban dan stang.

Sedangkan bagian nonkayu hanya dipakai sebagai penyangga sadel, ban dan rantai. Pohon karet dipilih karena bahan kayunya lentur. Kelenturan bahan kayu itu membuat sepeda tak mudah rusak saat dikendarai melintasi medan-medan ekstrem.
15 unit per bulan

Kini, pamor sepeda kayu buatan Kayuh Indonesia makin dikenal masyarakat. Beberapa kali sepeda kayu buatan lokal tersebut tampil dan diangkat profilnya oleh media massa.

Dalam sebulan, tutur Wanto, produksi sepeda bisa mencapai 15 unit. Pesanan berasal dari sejumlah wilayah di Indonesia hingga luar negeri. Baru-baru ini, usaha kreatif tersebut juga mendapat pesanan sebanyak 50 unit dari Yogyakarta. Pesanan bermunculan pula dari Australia dan Jepang.

Sepeda-sepeda itu dijual dengan harga bervariasi. Untuk jenis Mini Fello dijual sekitar Rp 3,5 juta. Sedangkan jenis Bali Rp 5-10 juta.


Harga sepeda jenis tersebut lebih mahal bila dipasangi mesin listrik. Dengan mesin listrik, pengguna tak perlu repot mengayuh sepeda karena adanya dorongan tenaga listrik.

Kemacetan dan stres

Didi Diarsa Adiana (40), pemilik sekaligus pendiri Kayuh Indonesia mengungkapkan, usaha pembuatan sepeda kayu telah dimulai sejak setahun lalu. Ide kreatif tersebut bermula dari kegelisahan Didi atas persoalan kemacetan yang begitu akut dan berdampak tingginya tingkat stres masyarakat.

"Solusinya ada di sekitar kita sebetulnya," ucap Didi. Menurut dia, persoalan kemacetan bisa diatasi dengan menjadikan bersepeda sebagai pola hidup masyarakat. Dia mencontohkan, semakin tingginya populasi sepeda di luar negeri karena kesadaran warga menjaga kelestarian lingkungan.

Di Indonesia, hal itu tak terjadi. Alih - alih gandrung menggunakan sepeda, anak muda di Tanah Air malah keranjingan menggunakan sepeda motor. Padahal, lanjut Didi, generasi muda di  negara pembuat sepeda motor seperti Jepang justru telah berpaling menggunakan sepeda dari bambu.

Tak pelak, minat masyarakat bersepeda perlu dibangkitkan dengan cara yang lebih unik.‎ "Kita mencoba menggagas kultur sepeda yang unik," ujarnya.

Didi akhirnya memilih sepeda berbahan kayu karet sebagai contoh produksinya. Namun, ide tersebut tak berlangsung mulus saat diwujudkan.
Tantangan sepeda kayu

Meskipun pasokan bahan kayu karet berusia 15 tahun didapat dari Purwakarta dan Sukabumi, membentuk rangka sepeda memiliki kesulitan sendiri.‎ "Kita harus meriset membengkokan kayu butuh (waktu) enam bulan," ucapnya.

Didi harus memikirkan pula komposisi kayu dan lem yang cocok sebagai perekatnya. Kesulitan tersebut teratasi setelah Didi bertemu dengan seorang peneliti LIPI. Sang peneliti ternyata memiliki keahlian dalam urusan membengkokan kayu yang kemudian ditularkan kepada Didi.

Jalan usaha kreatif itu semakin lapang saat tiga produksi sepeda kayu berhasil dibuat. Selain Mini Fello dan Bali, Kayuh Indonesia memproduksi sepeda kayu lipat.

Ide kreatif Didi terus bermunculan. Bukan hanya membuat sepeda, dia merancang pembuatan motif batik yang dilukis di rangkanya. Bagi Didi, sepeda-sepeda karyanya masih berupa prototype atau belum diproduks secara massal. Pengerjaan dilakukan berdasarkan pesanan semata.

Kendati demikian, sepeda kayu  itu tak boleh berhenti hanya sekadar karya kreatif saja. Lebih dari itu, sepeda kayu menjadi simbol upaya penyelamatan terhadap bumi yang semakin renta karena polusi kendaran dan mesin buatan manusia.

0 komentar:

Posting Komentar

Menu