Filosofi Awan

Awan bukan saja memberi keteduhan, tapi juga keteladanan.

Awan merupakan suatu objek langit yang tercipta dari sekumpulan uap air yang berkerumun di udara. Ia sering berlarian kesana dan kemari, selaras mengikuti pergerakan hembusan angin. Awalnya, awan hanya berbentuk gumpalan kecil. Namun kelamaan awan akan berkerumun, lalu membesar.

Seiring waktu, awan yang besar akan mengalami kejenuhan di ketinggian langit yang terbuka. Dengan adanya kejenuhan, partikel awan yang berupa uap, akan mengkristal kemudian menjelma menjadi bulir bulir air. Karena bobot air yang lebih berat dari uapnya, air pun jatuh dalam bentuk rintik yang biasa kita sapa hujan.

Walau terkesan agak melankolis, filosofi awan ternyata cukup pantas untuk disimak. Mengapa bisa demikian? Simak sejenak yuk! 
1. Menginspirasikan Keteduhan
Hari yang cerah memang indah. Namun tak satupun manusia menginginkan cuaca yang terlalu terik. Maka dari itu, manusia pun berusaha untuk mencari keteduhan. Mulai dari mencari pohon yang rindang, membangun rumah, hingga membuat alat pendingin ruangan.
Tuhan yang maha Esa memang adil. Sejatinya, ia senantiasa menjawab kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Walaupun kadang ia memberikan langit yang cerah nan terik, ia juga menciptakan jenis langit yang memberikan keteduhan.
Keteduhan itu, tak lain diciptakan Sang-Kuasa lewat awan yang sengaja Ia gumpalkan di langit. Dengan awan tadi, akan terbentuklah bayangan yang tentunya meneduhkan bagi setiap insan serta seluruh mahluk yang ada di permukaan bumi.
Seakan memberi contoh, awan di langit mengajarkan kita untuk senantiasa mampu membawa keteduhan dimanapun kita berada.

2. Mengajarkan Persatuan

Bila kita menengadah ke langit yang berawan, pastinya kita akan melihat awan dengan berbagai ukuran. Ada yang besar, sedang, sampai kecil. Awan yang berukuran paling besar sebenarnya hanyalah sebuah awan yang terdiri dari beberapa awan yang berukuran kecil.

Faktanya, mereka memiliki ketinggian yang berbeda. Walaupun begitu, mereka memiliki sifat alami saling mengikat dan bersatu untuk menjadi sebuah kesatuan awan yang besar. Dari peristiwa alam inilah, kita bisa memahami bahwa persatuan amatlah penting bila menginginkan sebuah kesatuan yang berukuran besar.

3. Awan yang Rendah Hati (Di dunia ini, jumlah dan besarantak patut di banggakan) 

Dari teras rumah, kita dapat melihat aneka bentuk awan yang unik. Mulai dari yang kecil, sedang, hingga raksasa. Mereka memang Nampak tidak terlalu besar dari permukaan bumi. Namun ketika kamu melihatnya di langit, sebenarnya awan yang terlihat kecil tadi memiliki luas berkali lipat luas rumahmu itu.

Namun bagi yang memperhatikan, awan senantiasa bergerak ke sana dan kemari dengan mudahnya mengikuti arah mata angin tanpa bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dari hal itu kita bisa memetik pelajaran bahwa ukuran dan jumlah saja belumlah pantas untuk disombongkan.

4. Awan yang Tawakal (Semuanya bermula, berproses, dan akan hancur pada waktunya)
Setiap hal yang ada di bumi memang mengandung misteri. Namun, bagi yang mau berfikir pasti akan mendapatkan pelajaran yang berharga. Lewat awan, kita dapat belajar bahwa semua yang ada di dunia memiliki awal. Awal yang berupa ketiadaan, lalu muncul perlahan, dan berproses sedemikian rupa hingga bersatu, besar, dan berisi.
Namun sebagai mahluk yang bijak, sebaiknya kita tidak boleh lupa diri. Sebesar apapun kapasitas kita di dunia, sebanyak apapun kuantitas manusia di permukaan bumi, pada akhirnya semua itu pasti memiliki ujung yang telah digariskan oleh sang pencipta.

0 komentar:

Posting Komentar

Menu